Mengapa Indonesia Menerapkan Perwilayahan?

Mengapa Indonesia menerapkan perwilayahan? Pertanyaan ini menguak sejarah panjang, geografis yang unik, dan cita-cita pembangunan bangsa. Dari masa kolonial hingga kini, perwilayahan bukan sekadar pembagian administratif, melainkan strategi untuk mengelola keragaman Indonesia yang luar biasa. Bayangkan, memetakan kepulauan yang membentang ribuan kilometer, dengan budaya dan sumber daya yang beragam, membutuhkan sistem yang terencana dan terukur. Perwilayahan menjadi kunci untuk mencapai pemerataan pembangunan, menjaga keutuhan NKRI, dan memaksimalkan potensi sumber daya alam yang melimpah. Sistem ini, walau tak luput dari tantangan, terus berevolusi seiring perubahan zaman dan kebutuhan bangsa.

Pembentukan wilayah di Indonesia merupakan proses dinamis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari sejarah kolonial, kondisi geografis yang kompleks, hingga tuntutan pembangunan nasional. Sistem pemerintahan daerah pun mengalami perubahan signifikan seiring berjalannya waktu, mencerminkan upaya untuk menemukan model yang paling efektif dan efisien dalam mengelola negara kepulauan yang luas dan beragam ini. Dari pemerintahan terpusat hingga otonomi daerah, setiap sistem memiliki ciri khas dan dampak tersendiri terhadap perkembangan perwilayahan di Indonesia.

Latar Belakang Penerapan Perwilayahan di Indonesia

Pembentukan wilayah administratif di Indonesia merupakan proses panjang dan kompleks, berakar dari sejarah kolonial hingga dinamika pasca-kemerdekaan. Perubahan-perubahan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh faktor politik, tetapi juga oleh kondisi geografis yang unik dan beragam di Nusantara. Pemahaman terhadap evolusi perwilayahan ini krusial untuk memahami struktur pemerintahan dan pembangunan di Indonesia hingga saat ini. Sistem perwilayahan yang kita kenal saat ini merupakan hasil dari adaptasi, modifikasi, dan evolusi berkelanjutan.

Konteks Historis Pembentukan Wilayah di Indonesia

Era kolonial menorehkan jejak yang mendalam pada peta administratif Indonesia. VOC, kemudian pemerintah Hindia Belanda, menerapkan sistem pemerintahan yang terpusat dengan pembagian wilayah berdasarkan kepentingan ekonomi dan politik mereka. Pembentukan daerah-daerah berdasarkan etnis, sumber daya alam, atau strategi militer menjadi ciri khas periode ini. Pasca-kemerdekaan, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menyusun sistem perwilayahan yang sesuai dengan prinsip kedaulatan dan keadilan. Proses ini diwarnai dengan berbagai perdebatan dan penyesuaian, termasuk pembentukan provinsi-provinsi baru dan perubahan batas wilayah administratif. Perubahan-perubahan tersebut seringkali dipicu oleh faktor-faktor politik, ekonomi, dan sosial.

Pengaruh Faktor Geografis terhadap Pembentukan Wilayah

Arsitektur kepulauan Indonesia, dengan ribuan pulau dan beragam kondisi geografis, menjadi faktor utama yang memengaruhi pembentukan wilayah. Keterbatasan aksesibilitas antar pulau, perbedaan kondisi iklim dan sumber daya alam, memaksa pemerintah untuk merancang sistem perwilayahan yang mampu mengakomodasi keragaman tersebut. Pembentukan provinsi-provinsi seringkali mempertimbangkan faktor geografis untuk memudahkan pengelolaan dan pelayanan publik. Pulau-pulau besar seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, secara alami menjadi pusat-pusat pemerintahan dan ekonomi, yang selanjutnya memicu perkembangan wilayah sekitarnya.

Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia dan Dampaknya

Indonesia telah menerapkan berbagai sistem pemerintahan daerah sejak kemerdekaan. Perubahan sistem ini berdampak signifikan terhadap struktur dan batas-batas wilayah administratif. Dari sistem desentralisasi yang terbatas hingga otonomi daerah yang lebih luas, setiap sistem memiliki karakteristik dan konsekuensi tersendiri. Misalnya, penerapan otonomi daerah memicu perubahan batas wilayah, pembentukan daerah otonom baru, dan dinamika politik lokal yang kompleks. Proses ini juga berpengaruh pada distribusi sumber daya dan kesenjangan pembangunan antar daerah.

Perbandingan Sistem Pemerintahan Daerah dari Masa ke Masa

Periode Waktu Sistem Pemerintahan Ciri Khas Dampak terhadap Perwilayahan
Masa Kolonial (abad 17-20) Terpusat, berdasarkan kepentingan kolonial Pembagian wilayah berdasarkan ekonomi dan politik kolonial, sedikit memperhatikan aspek geografis dan sosial budaya lokal. Pembentukan wilayah yang tidak merata, seringkali mengabaikan kesatuan geografis dan budaya.
Pasca Kemerdekaan (1945-1960an) Desentralisasi terbatas, berfokus pada pembangunan nasional Provinsi sebagai unit pemerintahan utama, dengan kabupaten/kota sebagai bawahan. Konsolidasi wilayah pasca-kemerdekaan, penyesuaian batas-batas wilayah untuk menyatukan daerah-daerah yang terpecah.
Orde Baru (1966-1998) Desentralisasi terbatas, berorientasi pada pembangunan ekonomi Penguatan peran pemerintah pusat, dengan pembatasan otonomi daerah. Stabilitas wilayah, namun juga dapat menghambat perkembangan daerah yang tertinggal.
Reformasi (1998-sekarang) Otonomi daerah yang luas Pemberian kewenangan yang signifikan kepada daerah dalam mengelola sumber daya dan pemerintahan. Pembentukan daerah otonom baru, perubahan batas wilayah, dinamika politik lokal yang lebih tinggi.
Baca Juga  Kedudukan Profesi Guru dalam Islam

Perubahan Batas Wilayah Administratif Sejak Kemerdekaan

Ilustrasi peta Indonesia akan menunjukkan perubahan yang signifikan dalam batas-batas wilayah administratif sejak kemerdekaan. Misalnya, pembentukan Provinsi Kalimantan Utara dari wilayah Kalimantan Timur, pemekaran beberapa kabupaten dan kota di Jawa, Sumatera, dan Papua, serta perubahan batas-batas provinsi di beberapa wilayah. Perubahan-perubahan ini mencerminkan dinamika politik, ekonomi, dan sosial yang terjadi di Indonesia. Peta tersebut akan menggambarkan proses evolusi perwilayahan yang kompleks dan berkelanjutan. Beberapa daerah yang awalnya tergabung dalam satu provinsi, kini menjadi provinsi tersendiri, menunjukkan upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien di daerah yang luas dan beragam. Sebaliknya, beberapa daerah yang tadinya terpisah, kemudian digabung menjadi satu kesatuan administratif, mencerminkan strategi pemerintah dalam mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dan memperkuat integrasi nasional.

Tujuan Penerapan Perwilayahan di Indonesia: Mengapa Indonesia Menerapkan Perwilayahan

Mengapa indonesia menerapkan perwilayahan

Perwilayahan di Indonesia bukan sekadar pembagian administratif wilayah, melainkan strategi kunci dalam pembangunan nasional. Ia merupakan instrumen vital yang bertujuan untuk mencapai pemerataan pembangunan, menjaga keutuhan negara, dan mengelola sumber daya alam secara efektif. Sistem ini, yang telah berevolusi sejak masa kolonial hingga kini, terus diadaptasi dan disempurnakan untuk menjawab tantangan dinamika sosial, ekonomi, dan politik yang selalu berubah.

Tujuan Utama Perwilayahan dalam Pembangunan Nasional

Penerapan perwilayahan di Indonesia dilandasi oleh tujuan utama untuk mempercepat pembangunan nasional secara merata dan berkeadilan. Hal ini mencakup pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pengembangan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. Dengan adanya pembagian wilayah yang terstruktur, pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya dan program pembangunan secara lebih terfokus dan efisien.

Perwilayahan dan Pemerataan Pembangunan serta Pelayanan Publik

Perwilayahan menjadi alat penting untuk menjamin pemerataan pembangunan dan pelayanan publik. Dengan adanya struktur pemerintahan yang terbagi berdasarkan wilayah, maka akses masyarakat terhadap layanan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar menjadi lebih mudah dijangkau. Program-program pembangunan pun dapat dirancang dan diimplementasikan secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing wilayah, sehingga diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antar daerah.

  • Pembentukan daerah otonom baru (DOB) bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas layanan publik di daerah terpencil.
  • Program-program khusus untuk daerah tertinggal difokuskan untuk mengurangi kesenjangan pembangunan.
  • Pemantauan dan evaluasi berkala terhadap kinerja pemerintah daerah memastikan efektivitas program pembangunan.

Peran Perwilayahan dalam Menjaga Keutuhan NKRI

Sistem perwilayahan juga berperan krusial dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya struktur pemerintahan yang jelas di setiap wilayah, maka pemerintah pusat dapat lebih efektif dalam mengendalikan dan mengelola berbagai potensi konflik, baik yang bersifat sosial, ekonomi, maupun politik. Sistem ini memungkinkan pemerintah untuk merespon cepat dan tepat terhadap berbagai ancaman terhadap keutuhan NKRI.

Indonesia menerapkan sistem perwilayahan untuk menjamin pemerataan pembangunan dan pelayanan publik, mengingat luas wilayah dan keragaman penduduknya. Sistem ini juga bertujuan untuk memaksimalkan potensi daerah. Namun, di tengah dinamika tersebut, informasi mengenai akses pendidikan tinggi tetap penting; bagi calon mahasiswa yang mungkin terlewat masa pendaftaran, situs seperti universitas swasta yang masih buka pendaftaran 2020 bisa menjadi solusi.

Kembali pada perwilayahan, efisiensi pengelolaan sumber daya dan pengembangan ekonomi lokal menjadi tujuan utama penerapan sistem ini di Indonesia.

Perwilayahan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Mengapa indonesia menerapkan perwilayahan

Pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang efektif dan efisien menjadi salah satu pilar utama pembangunan berkelanjutan. Perwilayahan membantu dalam hal ini dengan memberikan kewenangan pengelolaan SDA kepada pemerintah daerah yang bersangkutan. Hal ini memungkinkan pemanfaatan SDA yang lebih sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing wilayah, sekaligus mempermudah pengawasan dan pencegahan eksploitasi SDA yang berlebihan dan tidak berkelanjutan.

Pembagian wilayah di Indonesia, sebuah strategi pengelolaan sumber daya dan penduduk yang kompleks, berakar jauh dari sejarah. Bayangkan, perkembangan peradaban manusia tak lepas dari aksesibilitas sumber daya; begitu pula mengapa manusia purba memilih bermukim di dekat sumber air, seperti yang dijelaskan secara detail di mengapa manusia purba itu banyak yang tinggal di tepi sungai.

Kedekatan dengan sumber daya vital ini, seiring waktu, berkembang menjadi pola permukiman yang kemudian memengaruhi bagaimana wilayah dikelola hingga saat ini. Jadi, sistem perwilayahan modern kita, bisa dibilang, merupakan warisan strategi adaptasi manusia terhadap lingkungan sejak zaman purba.

Wilayah Sumber Daya Alam Strategi Pengelolaan
Papua Tambang, hutan Pemanfaatan berkelanjutan, pemberdayaan masyarakat lokal
Jawa Barat Pertanian, industri Diversifikasi ekonomi, pengembangan teknologi pertanian
Nusa Tenggara Timur Pariwisata, perikanan Pengembangan infrastruktur pariwisata, peningkatan kapasitas nelayan
Baca Juga  Kritik seni bagi perupa berfungsi sebagai pendorong kreativitas

Contoh Keberhasilan dan Kegagalan Penerapan Perwilayahan

Penerapan perwilayahan di Indonesia telah menunjukkan hasil yang beragam. Beberapa daerah berhasil memanfaatkan otonomi daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah, sementara daerah lain masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan sumber daya dan pelayanan publik. Keberhasilan seringkali dikaitkan dengan kapasitas pemerintah daerah, ketersediaan sumber daya, dan dukungan dari pemerintah pusat. Kegagalan, di sisi lain, seringkali disebabkan oleh korupsi, kurangnya transparansi, dan lemahnya pengawasan.

  • Keberhasilan: Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
  • Kegagalan: Beberapa daerah yang mengalami konflik horizontal akibat pengelolaan sumber daya alam yang tidak adil dan transparan.

Analisis mendalam diperlukan untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan tersebut. Hal ini penting untuk perbaikan dan penyempurnaan sistem perwilayahan di masa mendatang agar tujuan pembangunan nasional dapat tercapai secara optimal.

Aspek-Aspek Penting dalam Perwilayahan Indonesia

Mengapa indonesia menerapkan perwilayahan

Pembentukan wilayah administratif di Indonesia bukan sekadar pembagian geografis, melainkan proses kompleks yang mempertimbangkan berbagai faktor untuk mencapai pemerataan pembangunan dan keadilan sosial. Perencanaan wilayah yang efektif menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional, mengarahkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Dari Sabang sampai Merauke, perwilayahan menjadi instrumen vital dalam memajukan daerah dan mengelola sumber daya secara optimal. Keberhasilannya bergantung pada perencanaan yang matang dan implementasi yang tepat sasaran.

Kriteria Penentuan Batas Wilayah Administratif

Penentuan batas wilayah administratif di Indonesia didasarkan pada berbagai pertimbangan yang saling berkaitan. Bukan sekadar garis di peta, penetapan batas ini melibatkan aspek geografis, demografis, ekonomi, dan sosial budaya. Faktor geografis seperti kondisi alam, bentang lahan, dan sumber daya alam menjadi dasar pertimbangan utama. Misalnya, daerah kepulauan akan memiliki konfigurasi wilayah yang berbeda dengan daerah daratan. Lebih dari itu, aksesibilitas dan konektivitas antar wilayah juga menjadi faktor kunci. Wilayah yang terisolir membutuhkan perencanaan khusus untuk memastikan terintegrasinya dengan wilayah lain.

Pengaruh Aspek Demografis, Ekonomi, dan Sosial Budaya

Kepadatan penduduk, distribusi penduduk, dan karakteristik demografis lainnya sangat memengaruhi perencanaan wilayah. Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi membutuhkan infrastruktur dan layanan publik yang lebih memadai. Aspek ekonomi, seperti potensi sumber daya alam, aktivitas ekonomi utama, dan tingkat pembangunan ekonomi, juga menjadi pertimbangan penting. Daerah dengan potensi ekonomi tinggi akan mendapat perhatian khusus dalam perencanaan pembangunan. Sementara itu, aspek sosial budaya, meliputi keberagaman suku, agama, dan adat istiadat, perlu dipertimbangkan untuk mencegah konflik dan memastikan pembangunan yang inklusif. Perencanaan wilayah yang baik akan mengakomodasi keragaman ini dan menghindari kesenjangan sosial.

Indonesia menerapkan sistem perwilayahan untuk memudahkan pengelolaan pemerintahan dan sumber daya yang begitu beragam. Bayangkan, mengelola kepulauan seluas ini tanpa pembagian wilayah? Nah, sistematika ini juga berlaku dalam hal lain, misalnya penulisan laporan. Lagi-lagi, detail dan ketelitian sangat krusial, seperti halnya dalam sebuah percobaan ilmiah yang hasilnya harus dijabarkan secara rinci. Oleh karena itu, laporan kegiatan percobaan harus ditulis secara sistematis dan akurat , sebagaimana pentingnya perencanaan dan pengaturan wilayah yang terstruktur di Indonesia.

Sistem perwilayahan yang efektif, sama seperti laporan percobaan yang baik, berujung pada efisiensi dan keberhasilan.

Dampak Perwilayahan terhadap Perkembangan Ekonomi Regional

Perwilayahan yang efektif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi regional yang lebih merata. Pembentukan daerah otonom, misalnya, bertujuan untuk memberdayakan daerah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Namun, perencanaan yang kurang matang dapat mengakibatkan persaingan antar daerah dan bahkan memicu ketidakseimbangan ekonomi. Distribusi infrastruktur, investasi, dan sumber daya manusia yang tidak merata dapat memperlebar kesenjangan antar daerah. Oleh karena itu, perencanaan wilayah yang terintegrasi sangat penting untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di semua wilayah Indonesia.

Tantangan Pengelolaan Wilayah di Indonesia

  • Disparitas pembangunan antar daerah: Ketimpangan ekonomi dan pembangunan infrastruktur masih menjadi tantangan utama. Daerah maju dan daerah tertinggal masih menunjukkan perbedaan yang signifikan.
  • Konflik batas wilayah: Perselisihan batas wilayah antar daerah seringkali terjadi dan dapat menghambat pembangunan. Penyelesaian konflik ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan adil.
  • Keterbatasan kapasitas pemerintah daerah: Beberapa daerah memiliki keterbatasan kapasitas dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah, mengakibatkan implementasi program pembangunan yang kurang efektif.
  • Perubahan iklim dan bencana alam: Indonesia rawan bencana alam, dan perubahan iklim semakin memperparah dampaknya. Perencanaan wilayah harus mempertimbangkan faktor ini untuk mengurangi risiko bencana.

“Perencanaan wilayah yang terintegrasi sangat krusial bagi Indonesia. Keberhasilan pembangunan nasional sangat bergantung pada kemampuan kita untuk mengelola sumber daya secara efisien dan merata di seluruh wilayah. Hal ini membutuhkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah, serta partisipasi aktif masyarakat.” – (Contoh pendapat ahli, nama dan afiliasi ahli dapat diisi sesuai riset)

Dampak Penerapan Perwilayahan terhadap Masyarakat

Mengapa indonesia menerapkan perwilayahan

Pembentukan wilayah administratif di Indonesia, sebuah proses yang kompleks dan berlapis, memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Dari pembentukan desa hingga provinsi, perwilayahan membentuk lanskap sosial, ekonomi, dan politik negara ini. Kajian dampaknya, baik positif maupun negatif, menjadi krusial untuk memahami keberhasilan dan tantangan pembangunan di Indonesia.

Baca Juga  Apakah Benar Free Fire Akan Ditutup?

Dampak Positif Perwilayahan terhadap Akses Layanan Publik

Perwilayahan yang efektif memudahkan akses masyarakat terhadap layanan publik esensial. Dekat dengan pusat pemerintahan daerah, misalnya, memungkinkan respon yang lebih cepat terhadap kebutuhan masyarakat. Pembangunan infrastruktur seperti sekolah, puskesmas, dan jalan raya pun lebih terarah dan terencana, menjangkau wilayah-wilayah terpencil yang sebelumnya terisolir. Hal ini secara langsung meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang sebelumnya tertinggal.

Dampak Negatif Perwilayahan terhadap Pemerataan Pembangunan

Namun, perwilayahan juga menyimpan potensi ketidakmerataan. Ketimpangan pembangunan antarwilayah seringkali terjadi, dengan konsentrasi sumber daya dan investasi yang cenderung terpusat di daerah-daerah tertentu. Wilayah terpencil atau yang kurang potensial secara ekonomi seringkali terabaikan, mengakibatkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin lebar. Ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah untuk memastikan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

Pengaruh Perwilayahan terhadap Akses Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur

Akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur sangat dipengaruhi oleh efektivitas perwilayahan. Perencanaan yang matang akan memastikan tersedianya fasilitas-fasilitas tersebut secara merata, mengurangi disparitas antarwilayah. Namun, kegagalan dalam perencanaan dapat mengakibatkan akses yang terbatas, khususnya bagi masyarakat di daerah terpencil atau marjinal. Studi kasus di beberapa daerah menunjukkan betapa pentingnya perencanaan yang partisipatif dan berbasis data dalam menjamin akses yang adil dan merata.

Perwilayahan sebagai Penguat Identitas Lokal dan Budaya Daerah

Perwilayahan, selain sebagai pembagian administratif, juga berperan penting dalam memperkuat identitas lokal dan budaya daerah. Dengan adanya pemerintahan daerah yang lebih otonom, masyarakat memiliki kesempatan lebih besar untuk melestarikan dan mengembangkan budaya lokal mereka. Namun, hal ini juga berpotensi menimbulkan sentimen kedaerahan yang berlebihan, jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, pemerataan pembangunan dan pemahaman atas keberagaman budaya sangat penting untuk mencegah konflik antar daerah.

Studi Kasus: Dampak Perwilayahan di Kabupaten X, Provinsi Y

Sebagai contoh, Kabupaten X di Provinsi Y menunjukkan bagaimana perwilayahan berdampak signifikan terhadap perkembangan masyarakat. Setelah pemekaran wilayah beberapa tahun lalu, Kabupaten X mengalami peningkatan akses terhadap infrastruktur jalan dan telekomunikasi. Hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun, di sisi lain, pemekaran juga menimbulkan tantangan baru, seperti kebutuhan akan sumber daya manusia yang terampil dan pendanaan yang cukup untuk mengelola pemerintahan daerah yang baru.

Indikator Keberhasilan Penerapan Perwilayahan

Indikator Data Kuantitatif Data Kualitatif Analisis
Akses terhadap pendidikan Rasio jumlah sekolah terhadap jumlah penduduk Tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan Menunjukkan tingkat pemerataan akses pendidikan di berbagai wilayah.
Akses terhadap kesehatan Rasio jumlah fasilitas kesehatan terhadap jumlah penduduk Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan Menunjukkan tingkat pemerataan akses layanan kesehatan dan kualitasnya.
Pengembangan infrastruktur Panjang jalan raya, akses internet, listrik Persepsi masyarakat terhadap kualitas infrastruktur Menunjukkan tingkat perkembangan infrastruktur dan dampaknya terhadap perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi PDB per kapita, tingkat pengangguran Persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi Menunjukkan dampak perwilayahan terhadap kesejahteraan masyarakat.

Kesimpulan

Perwilayahan di Indonesia, dengan segala kompleksitasnya, merupakan proses yang terus berkembang dan beradaptasi. Ia bukan hanya soal pembagian wilayah administratif, melainkan juga soal pengelolaan sumber daya, pemerataan pembangunan, dan penguatan keutuhan bangsa. Tantangan seperti disparitas pembangunan dan konflik batas wilayah membutuhkan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. Namun, dengan perencanaan yang matang dan partisipasi aktif semua pihak, perwilayahan dapat menjadi instrumen yang efektif dalam mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan berdaulat.