Masyarakat Daerah Menjadi Nelayan Sebuah Tinjauan

Menjadi nelayan dilakukan masyarakat di daerah – Masyarakat daerah menjadi nelayan: sebuah potret kehidupan yang lekat dengan dinamika alam dan ekonomi. Di tengah gemerlap modernitas, aktivitas menangkap ikan masih menjadi tulang punggung ekonomi banyak daerah di Indonesia, mencerminkan ketergantungan yang kompleks antara manusia dan laut. Dari Sabang sampai Merauke, kisah para nelayan mengungkap keuletan, inovasi, dan tantangan dalam mengelola sumber daya laut yang terbatas. Bagaimana keberlanjutan usaha ini di tengah perubahan iklim dan persaingan global? Pertanyaan ini akan dikaji melalui berbagai aspek, mulai dari geografis hingga sosial budaya, mengungkap realitas dan potensi yang dimiliki sektor perikanan di Indonesia.

Kehidupan nelayan tak hanya tentang melaut dan menangkap ikan. Ini adalah sebuah sistem yang kompleks, terjalin erat dengan aspek geografis, demografis, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Distribusi geografis nelayan di Indonesia sangat beragam, dari perairan dangkal hingga laut dalam, menentukan jenis ikan yang ditangkap dan metode penangkapan yang digunakan. Karakteristik demografis nelayan, seperti usia, jenis kelamin, dan pendidikan, juga turut memengaruhi strategi dan efisiensi penangkapan. Lebih jauh, aspek ekonomi dan sosial budaya memberikan warna tersendiri pada kehidupan nelayan, dari kontribusi terhadap perekonomian daerah hingga tradisi turun-temurun yang diwariskan.

Aspek Geografis dan Demografis Masyarakat Nelayan Indonesia: Menjadi Nelayan Dilakukan Masyarakat Di Daerah

Menjadi nelayan dilakukan masyarakat di daerah

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki ketergantungan yang signifikan terhadap sektor perikanan. Kehidupan masyarakat nelayan, tersebar di ribuan pulau, membentuk mozaik sosial-ekonomi yang kompleks dan dinamis. Pemahaman mendalam tentang aspek geografis dan demografis komunitas ini krusial untuk merumuskan kebijakan pembangunan yang tepat sasaran dan berkelanjutan, memastikan kesejahteraan mereka dan keberlanjutan sumber daya laut.

Di banyak daerah pesisir, menjadi nelayan adalah mata pencaharian turun-temurun. Keahlian fisik mereka terasah melalui aktivitas sehari-hari, berbeda dengan konsep pendidikan jasmani yang terstruktur di sekolah. Mungkin ada yang bertanya, apa sebenarnya perbedaan mendasar antara pendidikan jasmani dan olahraga? Untuk memahami perbedaannya, silahkan baca artikel ini apa perbedaan pendidikan jasmani dan olahraga.

Kembali ke konteks nelayan, ketahanan fisik mereka, yang terbangun melalui pengalaman langsung, menunjukkan betapa pentingnya adaptasi dan keterampilan praktis dalam kehidupan nyata, jauh melampaui kurikulum pendidikan formal.

Distribusi Geografis dan Karakteristik Perikanan

Distribusi geografis masyarakat nelayan di Indonesia sangat beragam, terkonsentrasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau. Jumlah nelayan bervariasi antar provinsi, dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas laut, potensi sumber daya ikan, dan infrastruktur pendukung. Berikut gambaran umum, data yang disajikan merupakan estimasi dan memerlukan pemutakhiran berdasarkan data resmi terbaru:

Provinsi Jumlah Nelayan (Estimasi) Jenis Perahu Jenis Ikan yang Ditangkap
Sulawesi Selatan 200.000 Kapal motor kecil, perahu tradisional Tuna, cakalang, udang
Jawa Timur 150.000 Kapal motor sedang, perahu jukung Ikan demersal, teri, cumi-cumi
Nusa Tenggara Barat 100.000 Perahu tradisional, perahu fiber Ikan pelagis kecil, lobster
Maluku Utara 75.000 Perahu tradisional, kapal motor kecil Tuna, gurita, kerang

Karakteristik Demografis Masyarakat Nelayan

Karakteristik demografis masyarakat nelayan memiliki implikasi signifikan terhadap strategi penangkapan ikan dan keberlanjutan mata pencaharian mereka. Pola usia, tingkat pendidikan, dan akses terhadap teknologi turut membentuk dinamika sektor ini.

  • Usia: Sebagian besar nelayan berada pada rentang usia produktif (25-55 tahun), namun terdapat juga nelayan yang berusia lebih muda dan lebih tua.
  • Jenis Kelamin: Mayoritas nelayan adalah laki-laki, meskipun peran perempuan dalam pengolahan hasil perikanan semakin penting.
  • Pendidikan: Tingkat pendidikan nelayan bervariasi, dengan sebagian besar hanya memiliki pendidikan dasar. Akses terhadap pendidikan formal yang memadai masih menjadi tantangan.
  • Pekerjaan sampingan: Banyak nelayan memiliki pekerjaan sampingan untuk menopang ekonomi keluarga, terutama saat musim paceklik.

Faktor Geografis yang Mempengaruhi Aktivitas Penangkapan Ikan

Kondisi geografis, seperti kedalaman laut, arus laut, dan jenis pantai, secara langsung mempengaruhi jenis dan jumlah ikan yang dapat ditangkap. Pemahaman terhadap faktor-faktor ini sangat penting bagi nelayan untuk menentukan lokasi dan waktu penangkapan yang efektif.

  • Kedalaman laut: Wilayah perairan dangkal umumnya kaya akan ikan pelagis kecil, sementara perairan dalam menjadi habitat ikan pelagis besar.
  • Arus laut: Arus laut berperan dalam distribusi plankton dan ikan, sehingga mempengaruhi lokasi penangkapan.
  • Jenis pantai: Pantai berkarang dan berpasir memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda, sehingga mempengaruhi jenis ikan yang dapat ditangkap.
Baca Juga  Mengapa Guru Harus Dihormati?

Pengaruh Kondisi Demografis terhadap Strategi Penangkapan Ikan

Kondisi demografis, terutama usia dan pendidikan, berpengaruh terhadap strategi penangkapan ikan yang diterapkan. Nelayan muda cenderung lebih terbuka terhadap teknologi dan inovasi, sementara nelayan yang lebih tua seringkali mengandalkan pengalaman dan pengetahuan tradisional.

  • Penggunaan teknologi: Nelayan dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih mudah beradaptasi dengan teknologi penangkapan ikan modern.
  • Metode penangkapan: Strategi penangkapan ikan tradisional masih dominan di beberapa daerah, sementara di daerah lain telah terjadi adopsi teknologi modern.
  • Manajemen sumber daya: Tingkat pendidikan dan kesadaran akan pentingnya kelestarian sumber daya laut turut mempengaruhi praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan.

Perbandingan Karakteristik Demografis Nelayan di Dua Wilayah Berbeda

Sebagai contoh, bandingkan karakteristik nelayan di daerah pesisir Jawa Timur yang padat penduduk dengan nelayan di Maluku Utara yang lebih tersebar. Nelayan di Jawa Timur cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap teknologi dan pasar, namun juga menghadapi persaingan yang lebih ketat. Sebaliknya, nelayan di Maluku Utara mungkin memiliki sumber daya ikan yang lebih melimpah, tetapi akses ke pasar dan teknologi relatif terbatas. Perbedaan ini menghasilkan strategi penangkapan ikan dan pola kehidupan yang berbeda pula.

Metode dan Teknik Penangkapan Ikan

Kehidupan masyarakat pesisir erat kaitannya dengan laut, khususnya aktivitas penangkapan ikan. Berbagai metode dan teknik, baik tradisional maupun modern, telah dikembangkan dan diwariskan turun-temurun, mencerminkan adaptasi manusia terhadap lingkungan maritim yang dinamis. Perkembangan teknologi turut memengaruhi efisiensi dan efektivitas penangkapan, namun juga menimbulkan tantangan baru terkait keberlanjutan sumber daya laut. Berikut pemaparan beragam metode dan teknik penangkapan ikan yang umum dipraktikkan, disertai analisis dampak lingkungannya.

Kehidupan nelayan di pesisir, penuh dinamika dan tantangan. Mereka berjuang di laut lepas, sebuah pekerjaan yang menuntut ketahanan fisik dan mental luar biasa. Mungkin kesederhanaan penggambaran karakter dalam komik, seperti yang dijelaskan dalam artikel mengapa karakter tokoh dalam komik dibuat sederhana , bisa dianalogikan dengan kehidupan nelayan itu sendiri; esensial dan fokus pada inti permasalahan.

Begitu pula dengan gambaran keseharian mereka yang sederhana, namun kaya makna dan perjuangan. Hasil tangkapan mereka, walau tak selalu melimpah, mencerminkan keuletan dan kerja keras generasi demi generasi nelayan di daerah.

Metode Penangkapan Ikan

Beragam metode penangkapan ikan telah digunakan oleh nelayan, masing-masing memiliki karakteristik, efisiensi, dan dampak lingkungan yang berbeda. Pilihan metode dipengaruhi oleh jenis ikan target, kondisi geografis, dan ketersediaan teknologi.

  • Pancing: Metode ini relatif ramah lingkungan karena hanya menangkap ikan secara individual. Efisiensi rendah, namun hasil tangkapan lebih terjamin kualitasnya.
  • Jaring: Metode ini lebih efisien dalam menangkap ikan dalam jumlah besar. Namun, penggunaan jaring yang tidak terkontrol dapat menyebabkan penangkapan ikan yang tidak tertarget (bycatch) dan kerusakan habitat laut.

    Penggunaan jaring insang yang tidak selektif berdampak signifikan terhadap populasi ikan muda dan spesies lain yang tidak menjadi target penangkapan.

  • Bom Ikan: Metode ini sangat merusak lingkungan. Ledakan bom menyebabkan kematian massal ikan, termasuk ikan kecil dan spesies yang dilindungi, serta merusak terumbu karang dan ekosistem laut lainnya.

    Penangkapan ikan dengan bom merupakan praktik ilegal yang mengancam keberlanjutan sumber daya perikanan dan keanekaragaman hayati laut. Dampaknya sangat merusak dan sulit dipulihkan.

  • Pukat Harimau: Metode ini dikenal sangat efektif dalam menangkap ikan dalam jumlah besar, tetapi juga dikenal sebagai metode yang destruktif karena dapat merusak habitat laut dan menyebabkan bycatch yang signifikan. Penggunaannya seringkali diatur ketat oleh pemerintah.

Teknik Penangkapan Ikan Tradisional dan Modern

Teknik penangkapan ikan telah mengalami evolusi dari metode tradisional menuju metode modern. Perbedaan utama terletak pada teknologi dan efisiensi yang digunakan.

Kehidupan masyarakat di pesisir seringkali erat kaitannya dengan laut, menjadi nelayan turun-temurun. Mereka gigih mencari nafkah di tengah gelombang, mencerminkan keuletan dan kesabaran. Hal ini mengingatkan kita pada kisah Nabi Zulkifli AS, yang kebijaksanaannya patut diteladani, sebagaimana dijelaskan secara detail di apa yang dapat diteladani dari nabi zulkifli as jelaskan. Keteguhan hati dan kemampuan beradaptasi dengan tantangan, sifat-sifat yang juga dibutuhkan para nelayan dalam menghadapi pasang surut kehidupan di laut.

Mereka, para nelayan, adalah pahlawan ekonomi lokal yang perjuangannya mencerminkan nilai-nilai luhur, sebagaimana teladan yang diberikan Nabi Zulkifli AS.

  • Tradisional: Menggunakan alat sederhana seperti pancing, jaring, bubu, dan perahu kecil. Keterampilan dan pengetahuan lokal sangat penting dalam metode ini. Contohnya, penggunaan keahlian membaca arus dan gelombang untuk menentukan lokasi penangkapan.
  • Modern: Menggunakan teknologi canggih seperti sonar, GPS, dan kapal penangkap ikan berukuran besar. Metode ini meningkatkan efisiensi dan jangkauan penangkapan, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak lingkungan yang lebih besar jika tidak dikelola dengan baik. Contohnya, penggunaan kapal pukat yang dilengkapi dengan teknologi pendeteksi ikan.
Baca Juga  Dampak Negatif Membawa HP ke Sekolah

Perbandingan Efisiensi dan Efektivitas

Metode Efisiensi Efektivitas Dampak Lingkungan
Pancing Rendah Tinggi (kualitas hasil tangkapan) Rendah
Jaring Tinggi Tinggi (kuantitas hasil tangkapan) Sedang hingga Tinggi (tergantung jenis jaring dan pengelolaan)
Bom Ikan Tinggi (dalam jangka pendek) Rendah (kerusakan jangka panjang) Sangat Tinggi
Pukat Harimau Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi

Proses Penangkapan Ikan Menggunakan Pancing

Penangkapan ikan dengan pancing merupakan metode yang relatif sederhana. Prosesnya dimulai dengan pemilihan lokasi penangkapan yang strategis, biasanya di daerah yang kaya akan ikan. Umpan yang menarik kemudian dipasang pada kail. Setelah kail dilempar ke laut, nelayan menunggu hingga ikan menggigit umpan. Setelah ikan merasa terpancing, nelayan menarik kail secara perlahan dan hati-hati untuk menghindari putusnya senar. Ikan kemudian diangkat dari air dan diletakkan di tempat penyimpanan.

Alat Penangkapan Ikan Tradisional

Berbagai alat penangkapan ikan tradisional masih digunakan hingga saat ini, menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam. Beberapa contohnya adalah bubu (perangkap ikan dari anyaman bambu), rawai (alat penangkap ikan yang menggunakan kail yang disusun pada tali), dan jaring tradisional dengan ukuran mata jaring yang disesuaikan dengan jenis ikan target. Desain dan pembuatan alat-alat ini menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang diturunkan secara turun-temurun.

Aspek Ekonomi dan Sosial Budaya Nelayan

Menjadi nelayan dilakukan masyarakat di daerah

Sektor perikanan merupakan tulang punggung perekonomian di banyak daerah pesisir Indonesia. Kehidupan masyarakatnya, terjalin erat dengan aktivitas melaut, dari generasi ke generasi. Namun, di balik romantika ombak dan hasil tangkapan melimpah, terdapat kompleksitas ekonomi dan sosial budaya yang perlu dipahami. Kontribusi nelayan terhadap ketahanan pangan nasional, serta tantangan yang mereka hadapi, membutuhkan perhatian serius guna meningkatkan kesejahteraan mereka.

Kontribusi Sektor Perikanan terhadap Perekonomian Daerah

Hasil tangkapan ikan bukan hanya sekadar sumber protein, melainkan juga penggerak roda ekonomi lokal. Nilai ekonomi yang dihasilkan sangat signifikan, terutama di daerah yang bergantung sepenuhnya pada sektor ini. Berikut data estimasi nilai ekonomi hasil tangkapan ikan di beberapa daerah (data ilustrasi):

Daerah Nilai Ekonomi (Miliar Rupiah)
Kabupaten A 500
Kabupaten B 300
Kabupaten C 200

Data di atas menunjukkan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan perekonomian secara keseluruhan. Perputaran uang yang terjadi dari aktivitas penangkapan, pengolahan, hingga pemasaran ikan, memberikan dampak positif pada berbagai sektor terkait, seperti perdagangan, transportasi, dan jasa.

Peran Nelayan dalam Ketahanan Pangan

Nelayan memegang peranan krusial dalam menjaga ketahanan pangan, khususnya di wilayah pesisir. Mereka menyediakan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat, sekaligus berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan gizi nasional. Keberhasilan mereka dalam memenuhi kebutuhan ikan di pasar lokal dan nasional menunjukkan betapa pentingnya peran mereka dalam sistem ketahanan pangan.

Tantangan Ekonomi yang Dihadapi Masyarakat Nelayan

Meskipun memiliki peran vital, nelayan kerap menghadapi berbagai tantangan ekonomi. Fluktuasi harga ikan di pasar menjadi kendala utama. Akses terhadap modal usaha juga terbatas, membuat mereka kesulitan mengembangkan bisnis perikanan mereka. Minimnya infrastruktur pendukung, seperti fasilitas pengolahan dan penyimpanan ikan, juga menjadi hambatan dalam meningkatkan nilai jual hasil tangkapan.

  • Fluktuasi harga jual ikan yang tidak menentu.
  • Keterbatasan akses terhadap modal dan teknologi perikanan modern.
  • Kurangnya infrastruktur pendukung, seperti pelabuhan, tempat pelelangan ikan (TPI), dan cold storage.
  • Persaingan yang ketat dengan nelayan skala besar.

Pengaruh Tradisi dan Budaya Lokal terhadap Aktivitas Penangkapan Ikan, Menjadi nelayan dilakukan masyarakat di daerah

Tradisi dan budaya lokal sangat mempengaruhi aktivitas penangkapan ikan. Ritual-ritual sebelum melaut, pengetahuan turun-temurun tentang lokasi penangkapan ikan, serta metode penangkapan tradisional, merupakan bagian integral dari kehidupan nelayan. Contohnya, upacara sebelum berangkat melaut yang bertujuan memohon keselamatan dan hasil tangkapan yang melimpah. Hal ini menunjukkan betapa eratnya keterkaitan antara budaya dan mata pencaharian mereka.

Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan

Peningkatan kesejahteraan nelayan membutuhkan pendekatan terpadu. Pemerintah perlu memberikan dukungan akses terhadap modal, teknologi, dan pelatihan. Penguatan infrastruktur pendukung, seperti pelabuhan dan TPI, juga sangat penting. Selain itu, diperlukan juga program diversifikasi usaha agar nelayan tidak hanya bergantung pada hasil tangkapan ikan saja. Program pemasaran dan manajemen usaha yang terintegrasi dapat menjamin stabilitas ekonomi mereka. Memperhatikan dan melestarikan budaya maritim juga perlu dilakukan untuk menjaga keberlanjutan aktivitas penangkapan ikan.

Aspek Lingkungan dan Kelestarian

Menjadi nelayan dilakukan masyarakat di daerah

Aktivitas penangkapan ikan, penopang kehidupan jutaan nelayan di Indonesia, tak lepas dari bayang-bayang dampak lingkungan. Keberlanjutan sektor ini tergantung pada keseimbangan ekosistem laut yang rapuh. Dari terumbu karang yang menjadi habitat biota laut hingga kualitas air yang memengaruhi keberlangsungan hidup ikan, semua terhubung erat dengan praktik penangkapan ikan yang bertanggung jawab. Kegagalan dalam mengelola sumber daya perikanan secara berkelanjutan akan berdampak buruk, bukan hanya bagi nelayan sendiri, tetapi juga bagi ekonomi nasional dan kelangsungan hidup generasi mendatang. Maka, memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan dalam aktivitas penangkapan ikan menjadi krusial.

Baca Juga  Apa Itu NUPTK Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Dampak Penangkapan Ikan terhadap Lingkungan Laut

Praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan menimbulkan ancaman serius bagi ekosistem laut. Metode penangkapan yang merusak, seperti penggunaan bom ikan dan pukat harimau, mengakibatkan kerusakan terumbu karang yang parah. Terumbu karang, yang sering disebut sebagai “hutan hujan” di laut, merupakan habitat penting bagi berbagai spesies ikan dan biota laut lainnya. Kerusakannya berdampak pada penurunan populasi ikan dan mengancam keanekaragaman hayati. Selain itu, pencemaran laut akibat limbah plastik dan bahan kimia dari aktivitas penangkapan ikan juga menjadi masalah serius. Mikroplastik yang tertelan oleh ikan dapat masuk ke rantai makanan manusia, menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan. Pencemaran ini juga dapat menyebabkan kematian massal biota laut dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Upaya Pelestarian Lingkungan oleh Masyarakat Nelayan dan Pemerintah

Berbagai upaya pelestarian lingkungan telah dilakukan, baik oleh masyarakat nelayan maupun pemerintah. Masyarakat nelayan di beberapa daerah telah menerapkan praktik penangkapan ikan yang ramah lingkungan, seperti penggunaan alat tangkap tradisional yang selektif dan menghindari penangkapan ikan di daerah pemijahan. Sementara itu, pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan untuk melindungi lingkungan laut dan mengelola sumber daya perikanan secara berkelanjutan, termasuk penutupan sementara kawasan penangkapan ikan tertentu untuk pemulihan stok ikan. Inisiatif seperti program budidaya ikan lestari dan pelatihan bagi nelayan tentang praktik penangkapan ikan yang bertanggung jawab juga terus digalakkan. Namun, implementasi dan pengawasan yang efektif masih menjadi tantangan.

Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Perikanan yang Berkelanjutan

Pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan merupakan kunci untuk memastikan keberlanjutan sektor perikanan dan kesejahteraan nelayan. Hal ini mencakup pengaturan jumlah tangkapan ikan, pengawasan ketat terhadap praktik penangkapan ikan yang ilegal, dan pemeliharaan habitat laut. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan yang berkelanjutan, kita dapat memastikan bahwa stok ikan tetap terjaga dan aktivitas penangkapan ikan dapat berlangsung secara berkelanjutan dari generasi ke generasi. Kegagalan dalam hal ini dapat mengakibatkan penurunan drastis populasi ikan, mengancam mata pencaharian nelayan, dan merusak keseimbangan ekosistem laut.

Peraturan dan Kebijakan Terkait Penangkapan Ikan dan Perlindungan Lingkungan

  • UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
  • Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) tentang Pengelolaan Perikanan Tangkap Berbasis Ekosistem.
  • Peraturan Pemerintah (PP) tentang Kawasan Konservasi Perairan.
  • Regulasi tentang larangan penggunaan alat tangkap yang merusak lingkungan.
  • Program-program pemerintah untuk peningkatan kapasitas nelayan dalam pengelolaan perikanan lestari.

Rekomendasi untuk Menjaga Kelestarian Ekosistem Laut dan Keberlanjutan Aktivitas Penangkapan Ikan

Untuk memastikan keberlanjutan ekosistem laut dan aktivitas penangkapan ikan, dibutuhkan kerja sama yang kuat antara pemerintah, masyarakat nelayan, dan pihak swasta. Beberapa rekomendasi penting antara lain: penguatan penegakan hukum terhadap praktik penangkapan ikan ilegal, peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan laut, pengembangan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan, dan investasi dalam riset dan pengembangan untuk pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Penting pula untuk melibatkan nelayan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan perikanan di daerah mereka. Dengan demikian, upaya pelestarian lingkungan akan lebih efektif dan berkelanjutan.

Penutupan

Menjadi nelayan di Indonesia adalah lebih dari sekadar pekerjaan; ini adalah warisan budaya, pilar ekonomi, dan penjaga kelestarian laut. Tantangan yang dihadapi, mulai dari fluktuasi harga ikan hingga dampak perubahan iklim, menuntut strategi pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan. Pentingnya kolaborasi antara pemerintah, nelayan, dan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan sektor ini tidak dapat diabaikan. Dengan peningkatan akses modal, teknologi tepat guna, dan perhatian terhadap aspek lingkungan, masa depan nelayan Indonesia dapat lebih cerah, menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pesisir.