Social stratification class sociology system caste different classes lower middle upper working visit many

Stratifikasi Sosial Berbasis Sistem Kasta Tertutup Sebab dan Akibatnya

Stratifikasi sosial berdasarkan sistem kasta bersifat tertutup sebab sistem ini menciptakan hierarki sosial yang kaku dan sulit ditembus. Bayangkan sebuah masyarakat terbelah secara permanen, di mana nasib seseorang ditentukan sejak lahir, terkungkung dalam lapisan sosial tertentu tanpa peluang untuk naik atau turun. Ini bukan sekadar pembagian peran, melainkan penentuan takdir yang berakar pada tradisi, agama, dan hukum. Sistem ini, seperti benang kusut sejarah, menjaring individu dalam ketidaksetaraan ekonomi, pendidikan, dan akses kesehatan. Dampaknya, ketimpangan merajalela, menciptakan jurang pemisah yang dalam antara kelompok kaya dan miskin, berkuasa dan tertindas.

Sistem kasta, dengan segala kekakuannya, menghasilkan dampak yang kompleks dan berkelanjutan. Dari diskriminasi sistemik hingga pelanggaran hak asasi manusia, sistem ini menghambat perkembangan sosial dan ekonomi. Mekanisme pemeliharaannya, mulai dari endogami hingga sanksi sosial yang keras, memperkuat struktur kekuasaan yang timpang. Perbandingan antar masyarakat yang menerapkan sistem kasta menunjukkan perbedaan dalam intensitas dampak dan upaya penanggulangannya. Pemahaman menyeluruh tentang sistem kasta sangat penting untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan setara.

Sistem Kasta: Stratifikasi Sosial Tertutup

Sistem kasta merupakan bentuk stratifikasi sosial yang paling ekstrem dan kaku. Berbeda dengan sistem kelas sosial yang memungkinkan mobilitas vertikal, sistem kasta mendefinisikan posisi seseorang dalam hierarki sosial sejak lahir dan bersifat permanen. Kehidupan individu sepenuhnya ditentukan oleh kasta yang diwarisinya, menciptakan kesenjangan sosial yang dalam dan berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan.

Definisi Sistem Kasta

Sistem kasta adalah suatu sistem stratifikasi sosial yang hierarkis, tertutup, dan didasarkan pada kelahiran (ascription). Individu dilahirkan dan tetap berada dalam kasta tertentu sepanjang hidupnya, tanpa kemungkinan untuk berpindah ke kasta yang lebih tinggi atau lebih rendah. Sistem ini seringkali dikaitkan dengan kepercayaan religius dan ideologi yang membenarkan ketidaksetaraan sosial. Hierarki kasta menentukan akses terhadap sumber daya, pekerjaan, dan bahkan perkawinan. Keanggotaan dalam kasta bukan sekadar penanda sosial, melainkan menentukan seluruh aspek kehidupan individu dan keluarganya. Sistem ini menciptakan struktur sosial yang sangat rigid dan sulit ditembus.

Mekanisme Pemeliharaan Sistem Kasta Tertutup

Stratifikasi sosial berdasarkan sistem kasta bersifat tertutup sebab

Sistem kasta, dengan sifatnya yang inheren tertutup dan hierarkis, bertahan selama berabad-abad karena mekanisme kompleks yang mengakar dalam struktur sosial, agama, dan hukum. Keberlangsungannya bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari strategi terencana yang secara efektif membatasi mobilitas sosial dan mempertahankan status quo. Pemahaman mengenai mekanisme ini krusial untuk mengurai kompleksitas sistem sosial yang begitu membatasi.

Sistem kasta mempertahankan kekakuannya melalui serangkaian mekanisme yang saling terkait dan memperkuat satu sama lain. Mulai dari doktrin keagamaan yang menjustifikasi hierarki hingga sanksi sosial yang menghancurkan bagi mereka yang berani melanggar norma, setiap aspek kehidupan diatur untuk mempertahankan struktur kekuasaan yang ada. Analisis mendalam terhadap mekanisme ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana sistem yang begitu tidak adil ini mampu bertahan.

Sistem kasta, dengan sifatnya yang tertutup, menciptakan stratifikasi sosial yang rigid. Mobilitas sosial nyaris tak ada, menjebak individu dalam lapisan sosial tempat kelahirannya. Hal ini bertolak belakang dengan ajaran Tuhan, di mana allah mengajarkan kepada manusia berbagai nilai kebaikan dan kesetaraan. Ironisnya, ketidakfleksibelan sistem kasta justru mengabaikan ajaran tersebut, menghasilkan ketidakadilan struktural yang tertanam kuat dalam masyarakat.

Inilah mengapa sistem kasta tetap menjadi isu krusial hingga kini, membayangi harapan akan masyarakat yang adil dan setara.

Peran Agama dan Kepercayaan dalam Memperkuat Sistem Kasta

Agama, dalam banyak konteks sistem kasta, memainkan peran sentral dalam melegitimasi dan memperkuat stratifikasi sosial. Doktrin keagamaan seringkali menjustifikasi perbedaan kasta sebagai takdir ilahi, menetapkan peran dan tanggung jawab setiap kasta dalam tatanan kosmik. Konsep reinkarnasi, misalnya, sering dihubungkan dengan perbuatan baik atau buruk di kehidupan sebelumnya yang menentukan kasta seseorang di kehidupan selanjutnya. Ini menciptakan siklus yang mengikat individu pada kasta mereka dan mengurangi insentif untuk mobilitas sosial. Narasi religius ini bukan hanya sekadar kepercayaan, tetapi juga kekuatan sosial yang mengendalikan perilaku dan pemikiran masyarakat. Perayaan keagamaan dan ritual seringkali menekankan perbedaan kasta, memperkuat pemisahan sosial dan menguatkan hierarki.

Baca Juga  Mengapa Teks Eksplanasi Harus Faktual?

Hukum dan Peraturan yang Mendukung Stratifikasi Kasta

Sistem hukum dan peraturan, dalam banyak kasus, turut berperan aktif dalam mempertahankan sistem kasta. Hukum mungkin melarang perkawinan antar kasta (endogami), membatasi akses ke pekerjaan dan sumber daya tertentu berdasarkan kasta, atau bahkan menetapkan hukuman bagi pelanggaran norma kasta. Dengan demikian, negara secara aktif terlibat dalam mempertahankan ketidaksetaraan struktural, memperkuat pembatasan sosial dan ekonomi yang dibebankan pada kasta-kasta rendah. Meskipun secara resmi banyak negara telah menghapus diskriminasi kasta, warisan hukum dan norma sosial yang mewariskan praktik diskriminatif seringkali sulit dihilangkan.

Praktik Endogami dan Pengaruhnya pada Sistem Tertutup

Perkawinan dalam kasta (endogami) merupakan mekanisme kunci dalam mempertahankan kekakuan sistem kasta. Dengan membatasi perkawinan hanya di dalam kasta, sistem kasta menjaga kemurnian garis keturunan dan mencegah pencampuran sosial. Hal ini memperkuat batas-batas kasta dan mempertahankan perbedaan status sosial. Praktik ini secara efektif mencegah mobilitas sosial, menghasilkan hierarki yang terisolasi dan berkelanjutan. Endogami bukan hanya soal pilihan pribadi, tetapi juga merupakan tuntutan sosial yang dijaga ketat oleh norma-norma masyarakat.

Sanksi Sosial terhadap Pelanggaran Aturan Kasta

Pelanggaran aturan kasta seringkali berakibat fatal bagi individu yang berani menantang sistem. Sanksi sosial, mulai dari pengucilan sosial hingga kekerasan fisik, diberlakukan untuk mempertahankan norma-norma kasta. Bahkan ancaman sanksi sosial ini saja sudah cukup untuk mencegah banyak orang untuk mencoba mengubah status kastanya. Sistem ini dibangun di atas rasa takut dan hukuman, yang memastikan kepatuhan dan kelangsungan sistem kasta.

“Siapa pun yang berani melampaui batas kasta yang ditetapkan akan menghadapi konsekuensi yang tak terhindarkan. Pengucilan sosial, kehilangan penghidupan, bahkan kekerasan fisik, menunggu mereka yang berani menantang tatanan yang sudah mapan.”

Dampak Sistem Kasta Tertutup: Stratifikasi Sosial Berdasarkan Sistem Kasta Bersifat Tertutup Sebab

Stratifikasi sosial berdasarkan sistem kasta bersifat tertutup sebab

Sistem kasta, dengan sifatnya yang tertutup dan hierarkis, menciptakan dampak yang mendalam dan meluas pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ketidakfleksibilannya menghasilkan jurang pemisah yang signifikan, membatasi peluang dan membentuk realitas sosial yang penuh ketidaksetaraan. Dampak ini terlihat jelas dalam akses pendidikan dan pekerjaan, kesehatan dan kesejahteraan, kesetaraan gender, hak asasi manusia, serta mobilitas sosial. Studi-studi antropologi dan sosiologi telah menunjukkan konsekuensi yang menghancurkan dari sistem ini, yang berdampak lintas generasi dan sulit diatasi.

Akses Pendidikan dan Pekerjaan

Sistem kasta secara langsung membatasi akses pendidikan dan pekerjaan berdasarkan kelahiran. Individu yang lahir dalam kasta rendah seringkali menghadapi hambatan struktural yang signifikan dalam memperoleh pendidikan berkualitas, mengakibatkan minimnya peluang untuk pekerjaan yang lebih baik. Mereka mungkin terjebak dalam siklus kemiskinan dan pekerjaan kasar, tanpa kesempatan untuk meningkatkan status sosial ekonomi mereka. Contohnya, di beberapa komunitas, anak-anak dari kasta terendah bahkan dilarang masuk ke sekolah yang sama dengan anak-anak dari kasta atas. Hal ini menciptakan kesenjangan yang semakin melebar dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan peluang ekonomi. Kondisi ini secara sistematis mempertahankan hierarki sosial dan memperkuat ketidaksetaraan antar kasta.

Dampak pada Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara signifikan terpengaruh oleh sistem kasta. Individu dari kasta rendah seringkali mengalami akses terbatas terhadap layanan kesehatan yang memadai, gizi buruk, dan sanitasi yang tidak layak. Kondisi hidup yang buruk ini berkontribusi pada angka kematian bayi dan anak yang tinggi, serta angka harapan hidup yang rendah. Diskriminasi dan stigma sosial yang melekat pada kasta mereka juga dapat menyebabkan stres kronis dan masalah kesehatan mental. Kurangnya akses terhadap perawatan kesehatan yang layak berdampak negatif pada produktivitas dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Sebuah studi di India misalnya, menunjukkan korelasi yang kuat antara kasta dan indikator kesehatan utama, seperti angka kematian ibu dan angka kejadian penyakit menular.

Kesetaraan Gender dan Hak Asasi Manusia

Sistem kasta memperburuk ketidaksetaraan gender dan pelanggaran hak asasi manusia. Perempuan dari kasta rendah seringkali menghadapi diskriminasi ganda, baik karena kasta maupun jenis kelamin mereka. Mereka mungkin mengalami kekerasan domestik, perkawinan paksa, dan eksploitasi seksual. Akses mereka terhadap pendidikan, pekerjaan, dan perawatan kesehatan juga seringkali terbatas. Sistem ini secara sistematis melanggar hak-hak dasar mereka, termasuk hak atas kesetaraan, martabat, dan kebebasan dari diskriminasi. Ketidakmampuan untuk mengakses keadilan dan perlindungan hukum semakin memperparah situasi mereka. Kasus-kasus pelanggaran HAM yang terkait dengan sistem kasta terus dilaporkan, menunjukkan betapa sistem ini bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia universal.

Ketidaksetaraan Ekonomi dan Kekayaan

Sistem kasta menciptakan dan memperkuat ketidaksetaraan ekonomi dan kekayaan yang ekstrem. Kekayaan dan sumber daya terkonsentrasi di tangan sedikit orang dari kasta atas, sementara mayoritas penduduk dari kasta rendah hidup dalam kemiskinan. Akses terbatas terhadap pendidikan, pekerjaan, dan layanan publik memperkuat siklus kemiskinan antar generasi. Hal ini menciptakan ketidakseimbangan ekonomi yang besar dan menghambat pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Contohnya, kepemilikan tanah dan akses terhadap sumber daya ekonomi lainnya seringkali didominasi oleh kasta atas, meninggalkan kasta rendah dengan sedikit atau tanpa peluang untuk meningkatkan kondisi ekonomi mereka.

Mobilitas Sosial Individu

Sistem kasta secara efektif membatasi mobilitas sosial individu. Kemungkinan untuk pindah dari satu kasta ke kasta lain sangat kecil, bahkan hampir tidak mungkin. Individu terjebak dalam posisi sosial mereka sejak lahir, tanpa kesempatan untuk meningkatkan status sosial ekonomi mereka melalui prestasi atau usaha pribadi. Hal ini menciptakan rasa putus asa dan ketidakadilan, menghilangkan insentif untuk pendidikan dan peningkatan diri. Gambaran seorang anak dari kasta rendah yang meskipun berbakat dan rajin belajar, tetap menghadapi hambatan struktural yang membuatnya sulit untuk mencapai pendidikan tinggi dan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, menjadi ilustrasi nyata dari terbatasnya mobilitas sosial dalam sistem kasta. Kehidupan mereka ditentukan oleh kelahiran, bukan oleh kemampuan dan usaha mereka.

Baca Juga  Mengapa Terjadi Mobilitas Sosial?

Perbandingan Sistem Kasta di Berbagai Masyarakat

Social stratification class sociology system caste different classes lower middle upper working visit many

Sistem kasta, dengan sifatnya yang tertutup dan hierarkis, telah membentuk lanskap sosial dan ekonomi berbagai masyarakat di dunia. Meskipun India menjadi contoh paling dikenal, sistem serupa, dengan berbagai modifikasi, terdapat di beberapa budaya lain. Memahami perbedaan dan persamaan di antara mereka penting untuk menganalisis dampaknya terhadap mobilitas sosial, kesetaraan, dan perkembangan ekonomi. Studi komparatif ini akan menelaah beberapa contoh sistem kasta, mengungkap mekanisme pemeliharaannya, serta dampaknya yang beragam.

Sistem Kasta di India vs. Sistem Kasta di Jepang (Sistem Feodal)

Sistem kasta di India, yang berakar pada agama Hindu, merupakan contoh yang paling sering dikaji. Ia membagi masyarakat secara ketat ke dalam empat *varna* (Brahmana, Ksatriya, Vaisya, dan Sudra), ditambah kelompok *Dalit* atau *untouchable*. Sistem ini dipertahankan melalui praktik endogami (perkawinan dalam kelompok kasta), pembatasan akses ke pekerjaan dan sumber daya, dan norma-norma sosial yang mengukuhkan hierarki. Sebaliknya, sistem feodal di Jepang, meskipun memiliki struktur hierarkis yang kaku, berbeda secara signifikan. Meskipun terdapat perbedaan status sosial yang tajam antara samurai, petani, pengrajin, dan pedagang, mobilitas sosial, meskipun terbatas, tetap ada. Perbedaan utama terletak pada fleksibilitas sistem dan hubungannya dengan agama. Sistem kasta di India memiliki landasan religius yang kuat, sementara sistem feodal Jepang lebih didasarkan pada struktur politik dan ekonomi.

Mekanisme Pemeliharaan Sistem Kasta: Persamaan dan Perbedaan

Baik sistem kasta di India maupun sistem feodal Jepang menggunakan mekanisme pengendalian sosial untuk mempertahankan hierarki. Di India, ritual keagamaan, legenda, dan mitos dipergunakan untuk melegitimasi perbedaan kasta. Di Jepang, sistem hukum dan kekuatan militer samurai berperan dalam mempertahankan struktur sosial yang ada. Namun, perbedaan mendasar terletak pada tingkat keabsahan sistem tersebut. Sistem kasta di India, selama berabad-abad, telah tertanam kuat dalam keyakinan religius, sementara legitimasi sistem feodal Jepang lebih bergantung pada kekuatan politik dan militer. Perbedaan ini mempengaruhi daya tahan dan dampak jangka panjang kedua sistem tersebut.

Dampak Sosial dan Ekonomi Sistem Kasta: Studi Kasus

Dampak sosial dan ekonomi sistem kasta bervariasi tergantung pada konteks budaya dan sejarah. Di India, sistem kasta telah menyebabkan diskriminasi sistemik, kemiskinan, dan kekerasan terhadap kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Hal ini telah menghambat perkembangan ekonomi dan sosial negara tersebut. Sementara itu, sistem feodal di Jepang, meskipun menciptakan ketidaksetaraan, juga menghasilkan bentuk-bentuk organisasi sosial dan ekonomi yang kompleks dan terstruktur. Perbedaan ini menunjukan betapa konteks budaya dan sejarah mempengaruhi manifestasi dan dampak sistem kasta.

Poin Perbandingan Sistem Kasta di Tiga Masyarakat Berbeda

  • India: Sistem kasta yang kaku berdasarkan agama Hindu, dengan mobilitas sosial yang sangat terbatas.
  • Jepang (Feodal): Hierarki sosial yang kaku, namun dengan tingkat mobilitas sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem kasta di India.
  • Beberapa komunitas di Afrika Selatan (sebelum Apartheid): Sistem kasta yang didasarkan pada ras, dengan segregasi dan diskriminasi yang ekstrem.
  1. Persamaan: Ketiga sistem tersebut menunjukkan adanya hierarki sosial yang kaku, dengan pembagian masyarakat berdasarkan status kelahiran.
  2. Perbedaan: Basis ideologisnya berbeda (agama, politik, ras); Tingkat mobilitas sosial berbeda; Dampak jangka panjangnya terhadap kesetaraan dan pembangunan berbeda.
  3. Perbedaan: Mekanisme pemeliharaan sistem juga berbeda, dengan India yang sangat mengandalkan norma agama, Jepang pada kekuatan militer dan hukum, dan Afrika Selatan pada hukum dan kekerasan negara.

Pandangan Masyarakat Terhadap Sistem Kasta

Di India, meskipun secara resmi sistem kasta telah dihapuskan, diskriminasi masih terjadi. Perubahan sosial berjalan lambat, dan stigma terhadap kasta rendah masih ada. Sebaliknya, di Jepang, ingatan akan sistem feodal masih hidup dalam budaya populer, tetapi tidak lagi memiliki pengaruh yang sama terhadap struktur sosial seperti di masa lalu. Sistem tersebut menjadi bagian dari sejarah, bukan penentu status sosial yang dominan.

Upaya Mengatasi Sistem Kasta Tertutup

Sistem kasta, dengan sifatnya yang tertutup dan diskriminatif, telah menimbulkan dampak sosial ekonomi yang mendalam selama berabad-abad. Mengakhiri praktik ini membutuhkan strategi multi-faceted yang melibatkan pemerintah, organisasi internasional, pendidikan, dan perubahan kesadaran masyarakat. Perubahan tidak akan terjadi dalam semalam, tetapi upaya kolektif yang berkelanjutan merupakan kunci keberhasilannya.

Berbagai Upaya Pengurangan Dampak Sistem Kasta

Pengurangan dampak sistem kasta memerlukan pendekatan holistik. Upaya-upaya yang telah dilakukan mencakup program afirmasi aksi, peningkatan akses pendidikan dan pekerjaan bagi kelompok yang termarjinalkan, serta kampanye kesadaran publik untuk mengubah persepsi masyarakat. Perubahan perilaku dan norma sosial merupakan tantangan utama, tetapi bukan berarti mustahil. Perubahan memerlukan waktu dan konsistensi. Kolaborasi antara pemerintah, LSM, dan masyarakat sipil sangat krusial dalam proses ini.

Baca Juga  Mengapa Indonesia Tidak Terdapat Angin Topan?

Kebijakan Pemerintah dan Organisasi Internasional

Pemerintah India, sebagai contoh, telah menerapkan berbagai kebijakan untuk mengatasi diskriminasi kasta, termasuk Undang-Undang Pencegahan Kasta (Prevention of Atrocities Act). Organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga aktif dalam memberikan dukungan teknis dan pendanaan untuk program-program yang bertujuan untuk memberdayakan kelompok yang terpinggirkan dan mempromosikan kesetaraan. Dukungan ini meliputi pelatihan, penyediaan akses informasi, dan advokasi kebijakan yang inklusif. Namun, implementasi kebijakan seringkali terhambat oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya sumber daya dan resistensi sosial.

Peran Pendidikan dan Kesadaran Publik

Pendidikan berperan vital dalam mengubah pandangan masyarakat terhadap kasta. Pendidikan yang inklusif dan sensitif terhadap isu kasta dapat membantu membentuk generasi muda yang lebih toleran dan menghargai kesetaraan. Kampanye kesadaran publik yang efektif dapat membantu mengubah norma sosial dan perilaku diskriminatif. Strategi komunikasi yang tepat sasaran, melibatkan tokoh masyarakat dan media, dapat membantu menyebarkan pesan kesetaraan dan mendorong perubahan perilaku. Contohnya, kampanye yang menampilkan keberhasilan individu dari kelompok yang termarjinalkan dapat menginspirasi dan memotivasi perubahan.

Contoh Keberhasilan Program Pengurangan Diskriminasi Kasta

Beberapa program telah menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi diskriminasi kasta. Misalnya, program beasiswa dan pelatihan vokasional bagi kelompok yang terpinggirkan telah meningkatkan akses mereka ke pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. Program-program ini tidak hanya meningkatkan kondisi ekonomi mereka, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri dan partisipasi mereka dalam masyarakat. Namun, keberhasilan program ini seringkali bergantung pada partisipasi aktif masyarakat dan dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan organisasi internasional. Keberhasilan juga bergantung pada konsistensi pelaksanaan dan adaptasi program terhadap konteks lokal.

Strategi Mengatasi Sistem Kasta, Stratifikasi sosial berdasarkan sistem kasta bersifat tertutup sebab

Strategi Pelaku Dampak Tantangan
Program Afirmasi Aksi Pemerintah, Organisasi Non-Pemerintah Peningkatan akses pendidikan dan pekerjaan bagi kelompok termarjinalkan Resistensi sosial, implementasi yang tidak merata
Kampanye Kesadaran Publik Pemerintah, LSM, Media Perubahan persepsi masyarakat terhadap kasta Mengubah norma sosial yang sudah tertanam dalam, akses ke informasi yang terbatas
Peningkatan Akses Pendidikan Pemerintah, Organisasi Internasional Peningkatan keterampilan dan kesempatan ekonomi Kesenjangan akses pendidikan yang signifikan, kualitas pendidikan yang rendah
Penegakan Hukum Aparat Penegak Hukum Pengurangan tindakan diskriminatif Korupsi, kurangnya kesadaran hukum, lemahnya penegakan hukum
Penguatan Lembaga Masyarakat Sipil Masyarakat Sipil Advokasi kebijakan dan pendampingan masyarakat termarjinalkan Keterbatasan sumber daya, kapasitas, dan koordinasi

Penutupan Akhir

Sistem kasta, dengan sifatnya yang tertutup dan inheren diskriminatif, merupakan tantangan besar bagi keadilan sosial. Meskipun upaya penghapusan dan mitigasi telah dilakukan, akar sistem ini masih membayangi kehidupan jutaan orang. Tantangannya bukan hanya menghapus praktik diskriminatif, tetapi juga mengubah pola pikir dan pandangan masyarakat yang telah tertanam berabad-abad lamanya. Perubahan membutuhkan komitmen kolektif, melibatkan pemerintah, lembaga masyarakat, dan individu, untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan setara, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama tanpa memandang latar belakang kasta.

Sistem kasta, dengan sifatnya yang tertutup, menciptakan stratifikasi sosial yang kaku. Mobilitas sosial nyaris mustahil, menentukan nasib seseorang sejak lahir. Fenomena ini, menariknya, beririsan dengan masalah lain, seperti minimnya peminat di beberapa program studi. Contohnya, baca selengkapnya mengenai fakultas kedokteran gigi yang sepi peminat , yang mungkin mencerminkan pilihan pendidikan yang terkungkung oleh faktor ekonomi dan sosial.

Kembali ke sistem kasta, kekakuannya menunjukkan bagaimana pilihan hidup individu bisa sangat terbatas, seakan-akan terjebak dalam sebuah struktur sosial yang sudah ditentukan sejak awal.

Sistem kasta, dengan sifatnya yang tertutup, mengakibatkan mobilitas sosial yang sangat terbatas. Ini berbeda jauh dengan sistem stratifikasi sosial lainnya yang lebih dinamis. Perbedaannya mirip seperti perbedaan bunyi dalam ilmu tajwid, misalnya memahami apa yang dimaksud dengan idgham bighunnah yang memerlukan pemahaman mendalam terhadap aturan-aturan tertentu. Kembali ke sistem kasta, ketertutupan ini menciptakan hierarki sosial yang kaku, di mana posisi seseorang ditentukan sejak lahir dan sulit untuk diubah, sehingga memperkuat kesenjangan dan ketidaksetaraan.